TANJUNG REDEB, Swaraberau.com – Festival Budaya Bekudung Betiung 2025 resmi dibuka di Kampung Tumbit Dayak, Kecamatan Sambaliung, Sabtu, (21/6/2025). Acara ini menjadi salah satu agenda budaya unggulan Kabupaten Berau yang mengangkat kearifan lokal suku Dayak Ga’ai. Berlangsung selama sepekan, festival tahun ini mengusung tema pelestarian adat dan kebersamaan, sekaligus memperingati Hari Jadi Kampung Tumbit Dayak ke-262.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau, Ilyas Natsir, menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan acara yang dinilai semakin berkembang tiap tahun.
“Saya lihat Bekudung Betiung ini semakin tahun semakin ramai, dan saya lihat upaya mereka untuk mengembangkan ekonomi kreatif sebagai dampak ekonominya sudah luar biasa. Harapan saya, meski saya akan pensiun tahun depan, anggaran kegiatan ini bisa lebih besar dan meriah,” ungkapnya.
Tahun ini, prosesi adat Bekudung dan Betiung untuk pertama kalinya digelar secara terpisah, agar makna dan nilai sakral masing-masing lebih terasa. Ketua Panitia, Wahyu Ramdani menjelaskan bahwa pemisahan ini dilakukan agar publik lebih memahami perbedaan keduanya.
“Bekudung adalah ritual pesta panen sebagai wujud syukur, sementara Betiung adalah ritual pendewasaan anak laki-laki. Tahun ini, kami pisahkan agar masing-masing acara lebih fokus dan terstruktur,” ujarnya.
Rangkaian kegiatan dimulai dengan prosesi Bekudung pada 21 Juni, diikuti pawai budaya pada 22 Juni, berbagai perlombaan pada 23–24 Juni, serta bakar lemang pada 25 Juni. Acara akan ditutup dengan prosesi Betiung pada 26 Juni, yang akan dihadiri oleh ratusan masyarakat Dayak Ga’ai dari berbagai kampung bahkan dari Dayak Wehea, Wahau, Kutai Timur. Salah satu ritual menarik yang ditampilkan adalah Bok Plei, sebuah prosesi ibu-ibu Dayak memasuki rumah adat, menggambarkan suasana pesta panen zaman dahulu.
Kepala Kampung Tumbit Dayak, Ahmad Jamlan, menegaskan pentingnya pelestarian budaya ini sebagai warisan untuk generasi muda.
“Bekudung Betiung adalah kebanggaan kami. Tradisi ini kami jaga agar sejarah budaya tidak punah, dan bisa menjadi contoh bagi anak-anak kami,” katanya.
Festival ini juga menghadirkan booth UMKM, pameran kerajinan tangan, kuliner lokal, serta panggung hiburan rakyat. Ke depannya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata berharap Festival Bekudung Betiung bisa masuk ke dalam Kalender Event Nasional (KEN).
“Kami sedang perjuangkan agar Bekudung Betiung bisa masuk KEN, karena dampaknya sangat positif terhadap pariwisata dan ekonomi masyarakat,” tandasnya. etua Pengakaran Durian Kaltim, Hamsadi. (Azs/NH)